I.
FOTOSINTESIS
A. Pengertian Fotosintesis
Fotosintesis adalah
suatu proses biokimia yang dilakukan tumbuhan untuk memproduksi energi terpakai
(nutrisi) dengan memanfaatkan energi cahaya. Fotosintesis juga dapat di artikan
proses penyusunan atau pembentukan dengan menggunakan energi cahaya atau foton.
Sumber energi cahaya alami adalah matahari yang memiliki spektrum cahaya infra
merah (tidak kelihatan), merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu dan
ultra ungu (Darmawan. 1983)
Hasil dari Fotosintesis
adalah glukosa yang dilakukan tumbuhan,
alga,
dan beberapa jenis bakteri
dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan
energi cahaya matahari. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang
dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting
bagi kehidupan di bumi.
Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer
bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti
cahaya) disebut sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara
asimilasi karbon
karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2
diikat (difiksasi) menjadi gula
sebagai molekul penyimpan energi. Cara lain yang ditempuh organisme untuk
mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis,
yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang
(Darmawan. 1983)
Proses fotosintesis
berlangsung dengan adanya spektrum cahaya tampak, dari ungu sampai merah, infra
merah dan ultra ungu tidak digunakan dalam fotosintesis.Fotosintesis
menghasilkan karbohidrat dan oksigen, oksigen sebagai hasil sampingan dari
fotosintesis, volumenya dapat diukur, oleh sebab itu untuk mengetahui tingkat
produksi fotosintesis adalah dengan mengatur volume oksigen yang dikeluarkan
dari tubuh tumbuhan (Darmawan. 1983)
B. Proses Fotosintesis
Pada tumbuhan, organ
utama tempat berlangsungnya fotosintesis adalah daun. Namun secara umum, semua
sel yang memiliki kloroplas berpotensi untuk melangsungkan
fotosintesis. Di organel inilah tempat berlangsungnya fotosintesis, tepatnya
pada bagian stroma.
Hasil fotosintesis disebut fotosintat, biasanya dikirim ke jaringan-jaringan
terdekat terlebih dahulu. Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat
dibagi menjadi dua bagian utama: reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan
reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida) (Campbell,
2002).
Reaksi terang terjadi
pada grana
(tunggal: granum), sedangkan reaksi gelap terjadi di dalam stroma.
Dalam reaksi terang, terjadi konversi energi
cahaya menjadi energi kimia dan menghasilkan oksigen
(O2). Sedangkan dalam reaksi gelap terjadi seri reaksi siklik
yang membentuk gula dari bahan dasar CO2 dan energi ATP dan NADPH.
Energi yang digunakan dalam reaksi gelap ini diperoleh dari reaksi terang. Pada
proses reaksi gelap tidak dibutuhkan cahaya matahari. Reaksi gelap bertujuan
untuk mengubah senyawa yang mengandung atom karbon menjadi molekul gula
(Campbell, 2002).
Dari semua radiasi
matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang tertentu yang dimanfaatkan
tumbuhan untuk proses fotosintesis, yaitu panjang gelombang
yang berada pada kisaran cahaya tampak (380-700 nm). Cahaya tampak terbagi atas
cahaya merah (610 - 700 nm), hijau kuning (510 - 600 nm), biru (410 - 500 nm)
dan violet (< 400 nm). Masing-masing jenis cahaya berbeda pengaruhnya
terhadap fotosintesis. Hal ini terkait pada sifat pigmen
penangkap cahaya yang bekerja dalam fotosintesis. Pigmen yang terdapat pada
membran grana menyerap cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Pigmen
yang berbeda menyerap cahaya pada panjang gelombang yang berbeda. Kloroplas
mengandung beberapa pigmen (Lakitan, 2007).
C. Reaksi-Reaksi yang Terjadi dalam
Proses Fotosintesis
1.
Reaksi
Terang
Reaksi terang
adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi
NADPH2. Reaksi ini
memerlukan molekul air
dan cahaya matahari. Proses diawali dengan penangkapan foton
oleh pigmen
sebagai antena.
Reaksi terang melibatkan dua fotosistem yang saling bekerja sama, yaitu
fotosistem I dan II. Fotosistem I (PS I) berisi pusat reaksi P700, yang berarti
bahwa fotosistem ini optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 700 nm,
sedangkan fotosistem II (PS II) berisi pusat reaksi P680 dan optimal menyerap
cahaya pada panjang gelombang 680 nm (Salisbury, 1995).
Mekanisme
reaksi terang diawali dengan tahap dimana fotosistem II menyerap cahaya matahari
sehingga elektron klorofil pada PS II tereksitasi dan menyebabkan muatan
menjadi tidak stabil. Untuk menstabilkan kembali, PS II akan mengambil elektron
dari molekul H2O yang ada disekitarnya. Molekul air akan dipecahkan oleh ion
mangan (Mn) yang bertindak sebagai enzim. Hal ini akan mengakibatkan pelepasan
H+ di lumen tilakoid. Dengan menggunakan elektron dari air, selanjutnya PS II
akan mereduksi plastokuinon (PQ) membentuk PQH2. Plastokuinon merupakan molekul
kuinon yang terdapat pada membran lipid bilayer tilakoid. Plastokuinon ini akan
mengirimkan elektron dari PS II ke suatu pompa H+ yang disebut sitokrom b6-f
kompleks (Salisbury, 1995).
Sitokrom b6-f kompleks
berfungsi untuk membawa elektron dari PS II ke PS I dengan mengoksidasi PQH2
dan mereduksi protein kecil yang sangat mudah bergerak dan mengandung tembaga,
yang dinamakan plastosianin (PC). Kejadian ini juga menyebabkan terjadinya
pompa H+ dari stroma ke membran tilakoid.
Elektron dari sitokrom
b6-f kompleks akan diterima oleh fotosistem I. Fotosistem ini menyerap energi
cahaya terpisah dari PS II, yang menerima elektron yang berasal dari H2O
melalui kompleks inti PS II lebih dahulu. Sebagai sistem yang bergantung pada
cahaya, PS I berfungsi mengoksidasi plastosianin tereduksi dan memindahkan elektron
ke protein Fe-S larut yang disebut feredoksin (Lakitan, 2007).
Selanjutnya elektron
dari feredoksin digunakan dalam tahap akhir pengangkutan elektron untuk
mereduksi NADP+ dan membentuk NADPH. Reaksi ini dikatalisis dalam
stroma oleh enzim feredoksin NADP+ reduktase. Ion H+ yang
telah dipompa ke dalam membran tilakoid akan masuk ke dalam ATP sintase. ATP
sintase akan menggandengkan pembentukan ATP dengan pengangkutan elektron dan H+
melintasi membran tilakoid. Masuknya H+ pada ATP sintase akan membuat
ATP sintase bekerja mengubah ADP dan fosfat anorganik (Pi) menjadi ATP. Reaksi
keseluruhan yang terjadi pada reaksi terang adalah sebagai berikut:
Sinar
+ ADP + Pi + NADP+ + 2H2O → ATP + NADPH + 3H+ + O2
Gambar
1. Mekanisme Reaksi Terang (Moore, 1998)
2.
Reaksi
Gelap
Reaksi
gelap pada tumbuhan
dapat terjadi melalui dua jalur,
yaitu siklus Calvin-Benson dan siklus Hatch-Slack. Pada siklus Calvin-Benson
tumbuhan mengubah senyawa
ribulosa 1,5 bisfosfat menjadi senyawa dengan jumlah atom karbon tiga yaitu
senyawa 3-phosphogliserat. Oleh karena itulah tumbuhan yang menjalankan reaksi
gelap melalui jalur ini dinamakan tumbuhan C-3. Penambatan CO2 sebagai sumber
karbon pada tumbuhan ini dibantu oleh enzim rubisco.
Tumbuhan yang reaksi gelapnya mengikuti jalur Hatch-Slack disebut tumbuhan C-4
karena senyawa yang terbentuk setelah penambatan CO2 adalah oksaloasetat
yang memiliki empat atom karbon. Enzim
yang berperan adalah phosphoenolpyruvate karboksilase (Lakitan, 2007).
Gambar
2. Diagram Siklus Calvin (Ophardt, 2003)
Diagram
ini menelusuri atom karbon yang mengikuti siklus Calvin. Untuk setiap tiga molekul
O2 yang memasuki siklus Calvin, hasil bersihnya adalah satu molekul gliseraldehid-3-fosfat(G3P),
yaitu suatu gula yang berkarbon 3. Untuk setiap G3P yang disintesis, siklus
Calvin menghabiskan 9 molekul ATP dan 6 molekul NADPH. Reaksi terang melanjutkan
siklus Calvin dengan menghasilkan kembali ATP dan NADPH. Dalam hubungannya dengan
pembentukan karbohidrat dalam proses fotosintesis, karbohidrat ini
merupakan hasil kerjasama antara reaksi terang dengan siklus Calvin (Lehninger,
1982).
Didalam kloroplas, membran tilakoid adalah
tempat berlangsungnya reaksi terang, sedangkan siklus Calvin berlangsung di
dalam stroma. Reaksi
terang menggunakan energi matahari untuk
membentuk ATP dan
NADPH, yang masing-masing berfungsi sebagai
energi kimia dan
tenaga peereduksi di dalam siklus Calvin. Siklus Calvin
menggabungkan CO2 menjadi molekul organik, yang dikonversikan menjadi
gula (Lehninger, 1982).
D. Reaksi Fotosintesis pada Tanaman
C3, C4 dan CAM
Fotosintesis yang
terjadi pada tanaman C3, C4 dan CAM berbeda prosesnya, seperti berikut :
1. Tumbuhan
C3
Tanaman C3 lebih
adaptif pada kondisi kandungan CO2 atmosfer tinggi. Sebagian besar
tanaman pertanian, seperti gandum, kentang, kedelai, kacang-kacangan, dan kapas
merupakan tanaman dari kelompok C3. Pada tanaman C3, enzim yang menyatukan CO2
dengan RuBP (RuBP merupakan substrat untuk pembentukan karbohidrat dalam proses
fotosintesis) dalam proses awal assimilasi, juga dapat mengikat O2
pada saat yang bersamaan untuk proses fotorespirasi, fotorespirasi adalah
respirasi, proses pembongkaran karbohidrat untuk menghasilkan energi dan hasil
samping, yang terjadi pada siang hari. Jika konsentrasi CO2 di
atmosfir ditingkatkan, hasil dari kompetisi antara CO2 dan O2
akan lebih menguntungkan CO2, sehingga fotorespirasi terhambat dan assimilasi
akan bertambah besar (Kimbal, 1994).
Tumbuhan C3 tumbuh
dengan karbon fiksasi C3 biasanya tumbuh dengan baik di area dimana intensitas
sinar matahari cenderung sedang, temperatur sedang dan dengan konsentrasi CO2
sekitar 200 ppm atau lebih tinggi, dan juga dengan air tanah yang berlimpah.
Tumbuhan C3 harus berada dalam area dengan konsentrasi gas karbondioksida yang
tinggi sebab Rubisco sering menyertakan molekul oksigen ke dalam Rubp sebagai
pengganti molekul karbondioksida. Konsentrasi gas karbondioksida yang tinggi
menurunkan kesempatan Rubisco untuk menyertakan molekul oksigen. Karena bila
ada molekul oksigen maka Rubp akan terpecah menjadi molekul 3-karbon yang
tinggal dalam siklus Calvin, dan 2 molekul glikolat akan dioksidasi dengan
adanya oksigen, menjadi karbondioksida yang akan menghabiskan energi. Pada
tumbuhan C3, CO2 hanya difiksasi RuBP oleh karboksilase RuBP.
Karboksilase RuBP hanya bekerja apabila CO2 jumlahnya berlimpah. Contoh
tanaman C3 antara lain: kedelai, kacang tanah, kentang, dan lain-lain
(Rachmadiarti, 2007).
2. Tumbuhan
C4
Tumbuhan C4 dan CAM
lebih adaptif di daerah panas dan kering. Pada tanaman C4, CO2
diikat oleh PEP (enzim pengikat CO2 pada tanaman C4) yang tidak
dapat mengikat O2 sehingga tidak terjadi kompetisi antara CO2
dan O2. Lokasi terjadinya assosiasi awal ini adalah di sel-sel
mesofil (sekelompok sel-sel yang mempunyai klorofil yang terletak di bawah
sel-sel epidermis daun). CO2 yang sudah terikat oleh PEP kemudian
ditransfer ke sel-sel “bundle sheath” (sekelompok sel-sel di sekitar xylem dan floem)
dimana kemudian pengikatan dengan RuBP terjadi. Karena tingginya konsentasi CO2
pada sel-sel bundle sheath ini, maka O2 tidak mendapat kesempatan
untuk bereaksi dengan RuBP, sehingga fotorespirasi sangat kecil and G sangat
rendah, PEP mempunyai daya ikat yang tinggi terhadap CO2, sehingga
reaksi fotosintesis terhadap CO2 di bawah 100 m mol m-2 s-1
sangat tinggi. Laju asimilasi tanaman C4 hanya bertambah sedikit dengan
meningkatnya CO2. Sehingga, dengan meningkatnya CO2 di
atmosfir, tanaman C3 akan lebih beruntung dari tanaman C4 dalam hal pemanfaatan
CO2 yang berlebihan. Contoh tanaman C4 adalah jagung, sorgum dan
tebu (Santosa, 1990).
Tetapi pada sintesis
C4, enzim karboksilase PEP memfiksasi CO2 pada akseptor karbon lain
yaitu PEP. Karboksilase PEP memiliki daya ikat yang lebih tinggi terhadap CO2
daripada karboksilase RuBP. Oleh karena itu,tingkat CO2 menjadi
sangat rendah pada tumbuhan C4, jauh lebih rendah daripada konsentrasi udara
normal dan CO2 masih dapat terfiksasi ke PEP oleh enzim karboksilase
PEP. Sistem perangkap C4 bekerja pada konsentrasi CO2 yang jauh
lebih rendah. Tumbuhan C4 dinamakan demikian karena tumbuhan itu mendahului
siklus Calvin yang menghasilkan asam berkarbon -4 sebagai hasil pertama fiksasi
CO2 dan yang memfiksasi CO2 menjadi APG di sebut spesies
C3, sebagian spesies C4 adalah monokotil (tebu, jagung, dll). Reaksi dimana CO2
dikonfersi menjadi asam malat atau asam aspartat adalah melalui penggabugannya
dengan fosfoeolpiruvat (PEP) untuk membentuk oksaloasetat dan Pi.Enzim
PEP-karboksilase ditemukan pada setiap sel tumbuhan yang hidup dan enzim ini
yang berperan dalam memacu fiksasi CO2 pada tumbuhan C4. enzim
PEP-karboksilase terkandung dalam jumlah yang banyak pada daun tumbuhan C4,
pada daun tumbuhan C-3 dan pada akar, buah-buah dan sel – sel tanpa klorofil
lainnya ditemukan suqatu isozim dari PEP-karboksilase (Santosa, 1990).
Reaksi untuk
mengkonversi oksaloasetat menjadi malat dirangsang oleh enzim malat
dehidrogenase dengan kebutuhan elektronnya disediakan oleh NHDPH. Oksaleasetat
harus masuk kedalam kloroplas untuk direduksi menjadi malat. Pembentukkan
aspartat dari malat terjadi didalam sitosol dan membutuhkan asam amino lain
sebagai sumber gugus aminonya. Proses ini disebut transaminasi. Sel seludang
berkas pembuluh disusun menjadi kemasan yang sangat padat disekitar berkas
pembuluh. Diantara seludang-berkas pembuluh dan permukaan daun terdapat sel
mesofil yang tersusun agak longgar. Siklus calvin didahului oleh masuknya CO2
ke dalam senyawa organik dalam mesofil. Langkah pertama ialah penambahan CO2
pada fosfoenolpirufat (PEP) untuk membentuk produk berkarbon empat yaitu
oksaloasetat, Enzim PEP karboksilase menambahkan CO2 pada PEP.
Karbondioksida difiksasi dalam sel mesofil oleh enzim PEP karboksilase. Senyawa
berkarbon-empat-malat, dalam hal ini menyalurkan atom CO2 kedalam
sel seludang-berkas pembuluh, melalui plasmodesmata. Dalam sel seludang berkas
pembuluh, senyawa berkarbon empat melepaskan CO2 yang diasimilasi
ulang kedalam materi organic oleh robisco dan siklus Calvin. Dengan cara ini,
fotosintesis C4 meminimumkan fotorespirasi dan meningkatkan produksi gula.
Adaptasi ini sangat bermanfaat dalam daerah panas dengan cahaya matahari yang
banyak, dan dilingkungan seperti inilah tumbuhan C4 sering muncul dan tumbuh
subur (Santosa, 1990).
Gambar 3. Struktur Daun C3 dan C4
(Ophardt, 2003)
3. Tumbuhan
CAM
Tumbuhan C4 dan CAM lebih
adaptif di daerah panas dan kering. Crassulacean acid metabolism ( CAM),
tanaman ini mengambil CO2 pada malam hari, dan mengunakannya untuk
fotosistensis pada siang harinya. Meski tidak menguarkan oksigen dimalam hari,
namun dengan memakan CO2 yang beredar, tanaman ini sudah membantu
kita semua menghirup udara bersih, lebih sehat, menyejukkan dan menyegarkan
bumi, tempat tinggal dan ruangan. Jadi, cocok buat taruh di ruang tidur
misalnya. Sayang, hanya sekitar 5% tanaman jenis ini. Tumbuhan CAM yang dapat
mudah ditemukan adalah nanas, kaktus, dan bunga lili (Campbell, 2002).
Tanaman CAM, pada
kelompok ini penambatan CO2 seperti pada tanaman C4, tetapi
dilakukan pada malam hari dan dibentuk senyawa dengan gugus 4-C. Pada hari
berikutnya ( siang hari ) pada saat stomata dalam keadaan tertutup terjadi
dekarboksilase senyawa C4 tersebut dan penambatan kembali CO2
melalui kegiatan Rudp karboksilase. Jadi tanaman CAM mempunyai beberapa
persamaan dengan kelompok C4 yaitu dengan adanya dua tingkat sistem penambatan
CO2. Pada C4 terdapat pemisahan ruang sedangkan pada CAM
pemisahannya bersifat sementara. Termasuk golongan CAM adalah Crassulaceae, Cactaceae, Bromeliaceae,
Liliaceae, Agaveceae, Ananas comosus, dan Oncidium lanceanum. Beberapa
tanaman CAM dapat beralih ke jalur C3 bila keadaan lingkungan lebih baik. Beberapa
spesies tumbuhan mempunyai sifat yang berbeda dengan kebanyakan tumbuhan
lainnya, yakni Tumbuhan ini membuka stomatanya pada malam hari dan menutupnya
pada siang hari. Kelompok tumbuhan ini umumnya adalah tumbuhan jenis sukulen
yang tumbuh da daerah kering. Dengan menutup stomata pada siang hari membantu
tumbuhan ini menghemat air, dapat mengurangi laju transpirasinya, sehingga
lebih mampu beradaptasi pada daerah kering tersebut (Lakitan, 2012).
Selama malam hari,
ketika stomata tumbuhan itu terbuka, tumbuhan ii mengambil CO2 dan
memasukkannya kedalam berbagai asam organic. Cara fiksasi karbon ini disebut
metabolisme asam krasulase, atau crassulacean acid metabolism (CAM). Dinamakan
demikian karena metabolisme ini pertama kali diteliti pada tumbuhan dari famili
crassulaceae. Termasuk golongan CAM adalah Crassulaceae,
Cactaceae, Bromeliaceae, Liliaceae, Agaveceae, Ananas comosus, dan Oncidium lanceanum. Jalur CAM serupa
dengan jalur C4 dalam hal karbon dioksida terlebih dahulu dimasukkan kedalam
senyawa organic intermediet sebelum karbon dioksida ini memasuki siklus Calvin.
Perbedaannya ialah bahwa pada tumbuhan C4, kedua langkah ini terjadi pada ruang
yang terpisah. Langkah ini terpisahkan pada dua jenis sel. Pada tumbuhan CAM,
kedua langkah dipisahkan untuk sementara. Fiksasi karbon terjadi pada malam
hari, dan siklus calvin berlangsung selama siang hari (Santosa, 1990).
II. Respirasi Sel
1.
Pengertian
Respirasi Sel
Pada dasarnya, respirasi adalah
proses oksidasi yang dialami SET sebagai unit penyimpan energi kimia pada
organisme hidup. SET, seperti molekul gula atau asam-asam lemak, dapat dipecah
dengan bantuan enzim dan beberapa molekul sederhana. Karena proses ini adalah
reaksi eksoterm (melepaskan energi), energi yang dilepas ditangkap oleh ADP
atau NADP membentuk ATP atau NADPH. Pada gilirannya, berbagai reaksi biokimia
endotermik (memerlukan energi) dipasok kebutuhan energinya dari kedua kelompok
senyawa terakhir (Lehninger, 1982).
Kebanyakan respirasi yang dapat
disaksikan manusia memerlukan oksigen sebagai oksidatornya. Reaksi yang
demikian ini disebut sebagai respirasi aerob. Namun demikian, banyak proses
respirasi yang tidak melibatkan oksigen, yang disebut respirasi anaerob. Yang
paling biasa dikenal orang adalah dalam proses pembuatan alkohol oleh khamir
Saccharomyces cerevisiae. Berbagai bakteri anaerob menggunakan belerang (atau
senyawanya) atau beberapa logam sebagai oksidator. Respirasi dilakukan pada satuan sel. Proses respirasi pada
organisme eukariotik terjadi di dalam mitokondria (Lehninger,
1982).
Gambar 4. Mekanisme Respirasi Sel
1. Glikolisis
Glikogenolisis, pengubahan
glikogen menjadi glukosa. Glikogenolisis adalah lintasan metabolisme
yang digunakan oleh tubuh, selain glukoneogenosis, untuk menjaga keseimbangan
kadar glukosa di dalam plasma darah untuk menghindari simtoma hipoglisemia. Pada glikogenolisis, glikogen digradasi berturut-turut dengan 3
enzim, glikogen fosforilase, glukosidase, fosfoglukomutase, menjadi glukosa.
Hormon yang berperan pada lintasan ini adalah glukagon dan adrenalin
(Lehninger, 1982).
Glikolisis, pengubahan glukosa menjadi
piruvat dan ATP tanpa membutuhkan oksigen. Glikolisis adalah serangkaian reaksi biokimia di mana glukosa
dioksidasi menjadi molekul asam piruvat. Glikolisis adalah salah satu proses
metabolisme yang paling universal yang kita kenal, dan terjadi (dengan berbagai
variasi) di banyak jenis sel dalam hampir seluruh bentuk organisme. Proses glikolisis sendiri menghasilkan lebih sedikit energi
per molekul glukosa dibandingkan dengan oksidasi aerobik yang sempurna. Energi
yang dihasilkan disimpan dalam senyawa organik berupa adenosine triphosphate
atau yang lebih umum dikenal dengan istilah
ATP dan NADH (Lehninger, 1982).
Gambar 5. Tahapan Glikolisis (Ophardt, 2003)
Lintasan glikolisis yang paling
umum adalah lintasan Embden-Meyerhof-Parnas (bahasa Inggris: EMP pathway), yang
pertama kali ditemukan oleh Gustav Embden, Otto Meyerhof dan Jakub Karol
Parnas. Selain itu juga terdapat lintasan Entner–Doudoroff yang ditemukan oleh
Michael Doudoroff dan Nathan Entner terjadi hanya pada sel prokariota, dan berbagai lintasan
heterofermentatif dan homofermentatif. Jalur pentosa fosfat, pembentukan NADPH
dari glukosa. Jalur pentose fosfat adalah adalah jalur alternative metabolism
glukosa. Jalur ini berlangsung di sitosol. Enzim yang terlibat antara lain G6P, transketolase, dan transaldolase (Lehninger, 1982).
2. Siklus Krebs
Gambar 6. Bagan Siklus Krebs (Lehninger, 1982)
Siklus krebs merupakan tahap kedua respirasi aerob. Nama siklus
ini berasal dari nama orang yang menemukan reaksi tahap kedua respirasi aerob
ini, yaitu Hans Krebs. Siklus ini disebut juga siklus asam sitrat. Siklus krebs diawali dengan adanya 2
molekul asam piruvat yang dibentuk pada glikolisis yang meninggalkan sitoplasma
masuk ke mitokondria. Sehingga,
siklus krebs terjadi di dalam mitokondria (Lakitan, 2007).
Tahapan siklus krebs adalah sebagai berikut:
1)
Asam piruvat dari proses
glikolisis, selanjutnya masuk ke siklus krebs setelah bereaksi dengan NAD+
(Nikotinamida adenine dinukleotida) dan ko-enzim A atau Ko-A, membentuk asetil
Ko-A. Dalam peristiwa ini, CO2 dan NADH dibebaskan. Perubahan kandungan C dari
3C (asam piruvat) menjadi 2C (asetil ko-A).
2)
Reaksi antara asetil Ko-A (2C)
dengan asam oksalo asetat (4C) dan terbentuk asam sitrat (6C). Dalam peristiwa
ini, Ko-A dibebaskan kembali.
3)
Asam sitrat (6C) dengan NAD+
membentuk asam alfa ketoglutarat (5C) dengan membebaskan CO2.
4)
Peristiwa berikut agak
kompleks, yaitu pembentukan asam suksinat (4C) setelah bereaksi dengan NAD+
dengan membebaskan NADH, CO2 dan menghasilkan ATP setelah bereaksi dengan ADP
dan asam fosfat anorganik.
5)
Asam suksinat yang terbentuk,
kemudian bereaksi dengan FAD (Flarine Adenine Dinucleotida) dan membentuk asam
malat (4C) dengan membebaskan FADH2.
6)
Asam malat (4C) kemudian
bereaksi dengan NAD+ dan membentuk asam oksaloasetat (4C) dengan membebaskan
NADH, karena asam oksalo asetat akan kembali dengan asetil ko-A seperti langkah
ke 2 di atas (Lehninger, 1982).
Dapat disimpulkan bahwa siklus
krebs merupakan tahap kedua dalam respirasi aerob yang mempunyai tiga fungsi,
yaitu menghasilkan NADH, FADH2, ATP serta membentuk kembali oksaloasetat.
Oksaloasetat ini berfungsi untuk siklus krebs selanjutnya. Dalam siklus krebs,
dihasilkan 6 NADH, 2 FADH2, dan 2 ATP (Lehninger, 1982).
3. Transpor Elektron
Gambar 7. Bagsn Transport Elektron (Lehninger,
1982.)
Transpor elektron terjadi di
membran dalam mitokondria, dan berakhir setelah elektron dan H+ bereaksi dengan
oksigen yang berfungsi sebagai akseptor terakhir, membentuk H2O. ATP yang
dihasilkan pada tahap ini adalah 32 ATP. Reaksinya kompleks, tetapi yang
berperan penting adalah NADH, FAD, dan molekul-molekul khusus, seperti Flavo
protein, ko-enzim Q, serta beberapa sitokrom. Dikenal ada beberapa sitokrom,
yaitu sitokrom C1, C, A, B, dan A3. Elektron berenergi pertama-tama berasal
dari NADH, kemudian ditransfer ke FMN (Flavine Mono Nukleotida), selanjutnya ke
Q, sitokrom C1, C, A, B, dan A3, lalu berikatan dengan H yang diambil dari lingkungan
sekitarnya. Sampai terjadi reaksi terakhir yang membentuk H2O. Jadi hasil akhir proses ini
terbentuknya 32 ATP dan H2O sebagai hasil sampingan respirasi.
Produk sampingan respirasi tersebut pada akhirnya dibuang ke luar tubuh, pada
tumbuhan melalui stomata dan melalui paru-paru pada pernapasan hewan tingkat
tinggi (Lehninger, 1982).
4. Fosforilasi oksidatif
Gambar 8. Mekanisme Fosforilasi Okdidatif (Rachmadiarti, 2007)
Fosforilasi oksidatif adalah suatu lintasan metabolisme yang menggunakan
energi yang dilepaskan oleh oksidasi nutrien untuk menghasilkan ATP, dan
mereduksi gas oksigen menjadi air. Walaupun banyak bentuk kehidupan di bumi menggunakan berbagai
jenis nutrien, hampir semuanya menjalankan fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan
ATP. Lintasan ini sangat umum digunakan karena sangat efisien untuk mendapatkan
energi, dibandingkan dengan proses fermentasi alternatif lainnya seperti
glikolisis anaerobik. Dalam
proses fosforilasi oksidatif, elektron yang dihasilkan oleh siklus asam sitrat
akan ditransfer ke senyawa NAD+ yang berada di dalam matriks
mitokondria. Setelah menerima elektron, NAD+ akan bereaksi menjadi NADH dan ion H+,
kemudian mendonorkan elektronnya ke rantai transpor elektron kompleks I dan FAD
yang berada di dalam rantai transpor elektron kompleks II. FAD akan menerima
dua elektron, kemudian bereaksi menjadi FADH2 melalui reaksi redoks (Lehninger, 1982).
Reaksi redoks ini melepaskan energi yang digunakan untuk membentuk
ATP. Pada eukariota, reaksi redoks ini dijalankan oleh serangkaian kompleks
protein di dalam mitokondria, manakala pada prokariota, protein-protein ini
berada di membran dalam sel. Enzim yang saling berhubungan ini disebut sebagai
rantai transpor elektron. Pada eukariota, lima kompleks protein utama terlibat
dalam proses ini, manakala pada prokariota, terdapat banyak enzim-enzim berbeda
yang terlibat. Elektron yang melekat pada
molekul rantai transpor elektron di sisi dalam membran mitokondria akan menarik
ion H+ menuju membran mitokondria sisi luar, disebut kopling kemiosmotik,[4]
yang menyebabkan kemiosmosis, yaitu difusi ion H+ melalui ATP sintase ke dalam
mitokondria yang berlawanan dengan arah gradien pH, dari area dengan energi
potensial elektrokimiawi lebih rendah menuju matriks dengan energi potensial
lebih tinggi. Proses kopling kemiosmotik menghasilkan kombinasi gradien pH dan
potensial listrik di sepanjang membran ini yang disebut gaya gerak proton.
Energi gaya gerak proton digunakan untuk menghasilkan ATP melalui reaksi
fosforilasi ADP (Lehninger, 1982).
Walaupun fosforilasi oksidatif adalah bagian vital metabolisme, ia
menghasilkan spesi oksigen reaktif seperti superoksida dan hidrogen peroksida
pada kompleks I. Hal ini dapat
mengakibatkan pembentukan radikal bebas, merusak sel tubuh, dan kemungkinan
juga menyebabkan penuaan. Enzim-enzim yang terlibat dalam lintasan metabolisme
ini juga merupakan target dari banyak obat dan racun yang dapat menghambat
aktivitas enzim (Lehninger, 1982).
5. Dekarboksilasi Oksidatif
Dekarboksilasi Oksidatif atau disingkat dengan DO adalah proses Perubahan
Piruvatmenjadi Asetilkoezim – A. Proses ini berlangsung
karboksilasi Oksidatif ini di membran luar mitocondria sebagai fase antara
sebelum Siklus Krebs ( Pra Siklus Krebs ) sehingga DO sering dimasukkan
langsung dalam Siklus krebs. Reaksi
oksidasi piruvat hasil glikolisis menjadi asetil koenzim-A, merupakan tahap
reaksi penghubung yang penting antara glikolisis dengan jalur metabolisme
lingkar asam trikarboksilat (daur Krebs). Reaksi yang diaktalisis oleh
kompleks piruvat dehidrogenase dalam matriks mitokondria melibatkan tiga macam
enzim (piruvat dehidrogenase,
dihidrolipoil transasetilase, dan dihidrolipoil dehidrogenase), lima macam koenzim
(tiaminpirofosfat, asam lipoat, koenzim-A,
flavin adenin dinukleotida, dan nikotinamid adenine dinukleotida) dan berlangsung dalam
lima tahap reaksi (Rachmadiarti, 2007).
Keseluruhan reaksi dekarboksilasi ini irreversibel, dengan ∆ G 0 =
- 80 kkal per mol. Reaksi ini merupakan jalan masuk utama karbohidrat
kedalam daur Krebs. Tahap reaksi
pertama dikatalis oleh piruvat dehidrogenase yang menggunakan tiamin pirofosfat
sebagai koenzimnya.Dekarboksilasi piruvat menghasilkan senyawa α-hidroksietil
yang terkait pada gugus cincin tiazol dari tiamin pirofosfat. Pada tahap reaksi
kedua α-hidroksietil didehidrogenase menjadi asetil yang kemudian dipindahkan
dari tiamin pirofosfat ke atom S dari koenzim yang berikutnya, yaitu asam
lipoat, yang terikat pada enzim dihidrolipoil transasetilase. Dalam hal
ini gugus disulfida dari asam lipoat diubah menjadi bentuk reduksinya, gugus
sulfhidril. Pada tahap reaksi ketiga, gugus asetil dipindahkan dengan perantara
enzim dari gugus lipoil pada asam dihidrolipoat, kegugus tiol (sulfhidril pada
koenzim-A) (Darmawan, 1983).
Kemudian asetil ko-A dibebaskan
dari sistem enzim kompleks piruvat dehidrogenase. Pada tahap reaksi
keempat gugus tiol pada gugus lipoil yang terikat pada dihidrolipoil
transasetilase dioksidasi kembali menjadi bentuk disulfidanya dengan enzim
dihidrolipoil dehidrogenase yang berikatan dengan FAD (flavin adenin
dinukleotida) (Darmawan, 1983).
Gambar
9. Dekarboksilasi Oksidatif (Ophartd, 2003)
Akhirnya (tahap reaksi kelima) FADH+ (bentuk reduksi
dari FAD) yang tetap terikat pada enzim, dioksidasi kembali oleh NAD+
(nikotinamid adenin dinukleotida) manjadi FAD, sedangkan NAD+
berubah menjadi NADH (bentuk reduksi dari NAD+) (Lehninger, 1982).
6.
Mekanisme Membuka dan
Menutupnya Stomata
Transpirasi sangat ditentukan oleh membukanya stomata.
Stomata penting kalau air dari sel penutup keluar ke sel – sel sekitarnya.
Perubahan – perubahan nilai potensial osmotik di dalam sel penutup disebabkan
oleh perubahan kimia yang terjadi din dalam sel penutup tersebut, yang
selanjutnya akan mengubah potensial airnya. Sehubungan dengan terjadinya
perubahan kimia ini, beberapa teori telah ditemukan (Lakitan, 2007).
Stomata membuka jika tekanan turgor sel penutup tinggi, dan
menutup jika tekanan turgor sel penutup rendah.
Ketika air dari sel tetangga memasuki sel penutup, sel penutup akan
memiliki tekanan turgor yang tinggi. Sementara itu, sel tetangga yang telah
kehilangan air akan mengerut, sehingga menarik sel pennutup kebelakang, maka
stomata terbuka. Sebaliknya, ketika air meninggalkan sel penutup dan menuju ke
dalam sel tetangga, maka tekanan turgor di dalam sel penutup akan menurun
(rendah). Sementara itu, sel tetangga yang mengakumulasi lebih banyak air akan
menggelembung, sehingga mendorong sel penutup ke depan, maka stomata tertutup
(Lakitan, 2007).
Menutupnya stoma akan menurunkan
jumlah CO2 yang masuk ke dalam daun sehingga akan mengurangi laju fotosintesis.
Pada dasarnya proses membuka dan menutupnya stoma bertujuan untuk menjaga
keseimbangan antara kehilangan air melalui transpirasi dengan pembentukan gula
melalui fotosintesis.
Mekanisme membuka dan menutupnya stomata akibat
tekanan Turgor. Tekanan turgor adalah tekanan dinding sel oleh isi sel, banyak
sedikitnya isi selberhubungan dengan besar kecilnya tekanan pada dinding sel.
Semakin banyak isi sel, semakin besar tekanan dinding sel. Tekanan turgor
terbesar terjadi pada pukul 04.00-08.00. Stomata akan membuka jika kedua sel
penjaga meningkat. Peningkatan tekanan turgor sel penjaga disebabkan oleh
masuknya air ke dalam sel penjaga tersebut. Pergerakan air dari satu sel ke sel
lainnya akan selalu dari sel yang mempunyai potensi air lebih tinggi ke sel ke
potensi air lebih rendah. Tinggi rendahnya potensi air sel akan tergantung pada
jumlah bahan yang terlarut (solute) di dalam cairan sel tersebut. Semakin
banyak bahan yang terlarut maka potensiosmotic sel akan semakin rendah. Dengan
demikian, jika tekanan turgor sel tersebut tetap, maka secara keseluruhan
potensi air sel akan menurun. Untuk memacu agar air masuk ke sel penjaga, maka
jumlah bahan yang terlarut di dalam sel tersebut harus ditingkatkan (Darmawan,
1983).
Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata yaitu:
1)
Faktor eksternal: Intensitas cahaya matahari,
konsentrasi CO2 dan asam absisat (ABA). Cahaya matahari merangsang
sel penutup menyerap ion K+ dan air, sehingga stomata membuka pada pagi hari.
Konsentrasi CO2 yang rendah di dalam daun juga menyebabkan stomata
membuka.
a.
Karbon dioksida, tekanan parsial CO2 yang rendah dalam
daun akan menyebabkan pH sel menjadi tinggi. Pada pH yang tnggi 6-7 akan
merangsang penguraian pati menjadi gula, sehingga stomata terbuka.
b. Air, apabila tumbuhan mengalami kekurangan air,
maka potensial air pada daun akan turun, termasuk sel penutupmya sehingga
stomata akan tertutup.
c. Cahaya,
dengan adanya cahaya maka fotosintesis akan berjalan, sehingga CO2 dalam daun
akan berkurang dan stomata terbuka.
d. Suhu,
naiknya suhu akan meningkatkan laju respirasi sehingga kadar CO2 dalam daun
meningkat, pH akan turun dan stomata tertutup.
e. Angin, angin
berpengaruh terhadap membuka dan menutupnya stomata secara tidak langsung.
Dalam keadaaan angin yang bertiup kencang pengeluaran air melalui transpirasi
seringkali melebihi kemampuan tumbuhan untuk menggantinya. Akibatnya daun dapat
mengalami kekurangan air sehingga turgornya turun dan stomata akan tertutup
(Santosa, 1990).
2) Faktor
internal (jam biologis): Jam biologis memicu serapan ion pada pagi hari
sehingga stomata membuka, sedangkan malam hari terjadi pembasan ion yang
menyebabkan stomata menutup (Santosa, 1990).
Stomata pada tumbuhan berbeda karena
perbedaan keadaan letak sel penutup, penyebarannya, bentuk dan letak penebalan
dinding sel penutup serta arah membukanya sel penutup, jumlah dan letak sel
tetangga pada tumbuhan dikotildan monokotil, letak sel-sel penutup terhadap
permukaan epidermis, dan antogene/asal-usulnya. Stomata akan membuka jika kedua sel penjaga meningkat.
Peningkatan tekanan turgor sel penjaga disebabkan oleh masuknya air ke dalam
sel penjaga tersebut. Pergerakan air dari satu sel ke sel lainnya akan selalu
dari selyang mempunyai potensi air lebih tinggi ke sel ke potensi air lebih
rendah. Tinggi rendahnya potensi air sel akan tergantung pada jumlah bahan yang
terlarut (solute) didalam cairan sel tersebut. Semakin banyak bahan yang
terlarut maka potensiosmotic sel akan semakin rendah. Dengan demikian, jika
tekanan turgor seltersebut tetap, maka secara keseluruhan potensi air sel akan
menurun. Untuk memacu agar air masuk ke sel penjaga, maka jumlah bahan yang
terlarut di dalamsel tersebut harus ditingkatkan (Rachmadiarti, 2007).
Aktivitas
stomata terjadi karena hubungan air dari sel-sel penutup dan sel-selpembantu.
Bila sel-sel penutup menjadi turgid dinding sel yang tipis menggembungdan
dinding sel yang tebal yang mengelilingi lobang (tidak dapat menggembung cukup
besar) menjadi sangat cekung, karenanya membuka lubang. Oleh karena itu membuka dan
menutupnya stomata tergantung pada perubahan-perubahan turgiditas dari sel-sel
penutup, yaitu kalau sel-sel penutup turgid lobang membuka dan sel-sel
mengendor pori/lubang menutup (Darmawan, 1983).
Pada
beberapa tumbuhan misalnya kelompok tumbuhan CAM stoma membuka pada malam hari
sedangkan pada siang hari stoma menutup. Pompa proton merupakan adaptasi untuk
mengurangi proses penguapan tumbuhan yang hidup di daerah kering. Pada malam
hari CO2 masuk ke dalam tanaman dan disimpan dalam bentuk senyawa C4.
Selanjutnya senyawa C4 akan membebaskan CO2 pada siang
hari sehingga dapat digunakan untuk fotosintesis (Darmawan, 1983).
Adaptasi
lainnya yang terdapat pada tumbuhan xerofit untuk mengurangi proses transpirasi
yaitu memiliki daun dengan stoma tersembunyi (masuk ke bagian dalam) yang
ditutupi oleh trikoma (rambut-rambut yang merupakan penjuluran epidermis. Pada
saat matahari terik, jumlah air yang hilang melalui proses transpirasi lebih
tinggi daripada jumlah air yang diserap oleh akar. Untuk mengurangi laju
transpirasi tersebut stoma akan menutup (Darmawan, 1983).
1)
Pengaruh Pompa Ion Kalium
Aktivitas stomata terjadi karena
hubungan air dari sel-sel penutup dan sel-sel pembantu. Bila sel-sel penutup
menjadi turgid dinding sel yang tipis menggembung dan dinding sel yang tebal
yang mengelilingi lobang (tidak dapat menggembung cukup besar) menjadi sangat
cekung, karenanya membuka lobang. Oleh karena itu membuka dan menutupnya
stomata tergantung pada perubahan-perubahan turgiditas dari sel-sel penutup,
yaitu kalau sel-sel penutup turgid lobang membuka dan sel-sel mengendor
pori/lobang menutup (Darmawan, 1983).
Stomata membuka karena sel penjaga
mengambil air dan menggembung dimana sel penjaga yang menggembung akan
mendorong dinding bagian dalam stomata hingga merapat. Stomata bekerja dengan
caranya sendiri karena sifat khusus yang terletak pada anatomi submikroskopik
dinding selnya. Sel penjaga dapat bertambah panjang, terutama dinding luarnya,
hingga mengembang ke arah luar. Kemudian, dinding sebelah dalam akan tertarik
oleh mikrofibril tersebut yang mengakibatkan stomata membuka (Santosa, 1990).
Pada saat stomata membuka akan
terjadi akumulasi ion kalium (K+) pada sel penjaga. Ion kalium ini berasal dari
sel tetangganya. Cahaya sangat berperan merangsang masuknya ion kalium ke sel
penjaga dan jika tumbuhan ditempatkan dalam gelap, maka ion kalium akan kembali
keluar sel penjaga.
Ketika ion
kalium masuk ke dalam sel penjaga, sejumlah yang sama ion hydrogen keluar,
dimana ion hidrogen tersebut berasal dari asam-asam organic yang disintesis ke
dalam sel penjaga sebagai suatu kemungkinan faktor penyebab terbukanya stomata.
Asam organic yang disintesis umumnya adalah asam malat dimana ion-ion hydrogen
terkandung didalamnya. Asam malat adalah hasil yang paling umum didapati pada
keadaan normal. Karena ion hydrogen diperoleh dari asam organic, pH di sel
penjaga akan turun (akan menjadi semakin asam), jika H+ tidak ditukar dengan K+
yang masuk (Santosa, 1990).
Suatu penelitian menunjukkan bahwa
turgor sel penjaga berkaitan dengan metabolisme penyerapan ion, terutama K+.
Meningkatnya konsentrasi K+ pada sel penjaga, stomata membuka lebih lebar
sebaliknya ketika menutup tidak terjadi akumulasi K+. Mekanisme membuka
menutupnya stomata terutama tergantung pada akumulasi K+ pada sel stomata dan
bukan semata-mata oleh adanya hidrolisa amilum menjadi gula sebagaimana
dipercaya selama ini, hidrolisa amilum ini hanya faktor sekunder. Untuk akumulasi K+ ini disediakan
sebagian oleh vakuola sel lateral dan sebagian lagi oleh sel epidermis.
Akumulasi K+ ini akan berbalik bila stomata menutup, yaitu K+ berakumulasi di
sel epidermis. Tidak ada perbedaan electro potential yang menyolok antara
setiap sel epidermis dan bagaimanapun keadaan stomata, K+ ditransport secara
aktif dan ketika stomata membuka atau menutup memerlukan energy (Santosa,
1990).
2)
Pengaruh Fotosintesis
Adanya klorofil pada sel penjaga
mengakibatkan sel penjaga dapat melangsungkan proses fotosintesis yang
menghasilkan glukosa dan mengurangi konsentrasi CO2. Glukosa larut
dalam air sehingga air dari jaringan di sekitar sel penjaga akan masuk ke dalam
sel penjaga yangmengakibatkan tekanan turgor sel penjaga naik sehingga stoma
akan membuka. Pengamatan
mikroskopis terhadap permukaan daun menunjukkan bahwa cahaya mempengaruhi
pembukaan stomata. Pada saat redup atau tidak ada cahaya umumnya stoma tumbuhan
menutup. Ketika intensitas cahaya meningkat stoma membuka hingga mencapai nilai
maksimum. Mekanisme membuka dan menutupnya stomata dikontrol oleh sel penjaga
(Santosa, 1990).
Dibawah iluminasi, konsentrasi solut
dalam vakuola sel penjaga meningkat. Bagaimana konsentrasi solut tersebut
meningkat? Pertama, pati yang terdapat pada kloroplas sel penjaga diubah
menjadi asam malat. Kedua, pompa proton pada membran plasma sel penjaga
diaktifkan. Pompa proton tersebut menggerakkan ion H+, beberapa diantaranya
berasal dari asam malat, melintasi membran plasma. Asam malat kehilangan ion H+
membentuk ion malat. Hal ini menaikkan gradien listrik dan gradien pH lintas membran
plasma. Ion K+ mengalir ke dalam sel tersebut melalui suatu saluran sebagai
respon terhadap perbedaan muatan, sedangkan ion Clberasosiasi dengan ion H+
mengalir ke dalam sel tersebut melalui saluran lainnya dalam merespon perbedaan
konsentrasi ion H+. Akumulasi ion malat, K+, dan Cl- menaikkan tekanan osmotik
sehingga air tertarik ke dalam sel penjaga. Signal yang mengaktifkan enzim yang
membentuk malat dan mengaktifkan pompa proton di dalam membran plasma mencakup
cahaya merah dan cahaya biru (Santosa, 1990).
Menutupnya stoma akan menurunkan
jumlah CO2 yang masuk ke dalam daun sehingga akan mengurangi laju
fotosintesis. Pada dasarnya proses membuka dan menutupnya stoma bertujuan untuk
menjaga keseimbangan antara kehilangan air melalui transpirasi dengan
pembentukan gula melalui fotosintesis. Namun pada Tanaman CAM membuka stomatanya malam hari,
pada malam hari terjadi respirasi tidak sempurna dan KH diubah menjadi asam
malat, dari respirasi tersebut CO2 tidak dilepaskan, tetap diikat,
pH tetap tinggi (7), pati dalam sel penjaga dihidrolisis menjadi gula, Ψs nya
menurun, terjadi endoosmosis, Ψp sel penjaga naik, turgor, dinding sel penjaga
tertekan ke arah luar, stomata membuka (Lakitan, 2012).
3)
Perubahan Pati Menjadi Gula
Pada
sel penutup terjadi akumulasi gula dan hal ini terjadi pada siang hari.
Terakumulasinya gula ini pada siang hari telah menyebabkan potensial
osmotik/potensial air sel penutup menjadi rendah, sehingga air dapat masuk ke
sel penutup dari sel tetangganya, turgornya naik dan stomata terbuka. Pada
malam hari gula ini hilang dari sel penutup yang menyebabkan potensial air sel
penutup menjadi tinggi, sehingga air keluar dari sel penutup, turgornya turun
dan stomata menutup. Timbul dan hilangnya gula ini dari sel penutup kemudian
diketahui disebabkan terjadinya perubahan gula menjadi pati dan sebaliknya.
Perubahan pati menjadi gula ini dipengaruhi oleh enzim fosforilase yang
mereaksinya (Lakitan, 2012).
Enzim
fosforilase ini dapat berfungsi mempengaruhi reaski yang bolak – balik, yaitu
mempengaruhi pengubahan pati menjadi gula dan gula menjadi pati. Pada saat pati
diubah menjadi glukosa, berarti terjadi perubahan dari zat tidak larut menjadi
zat yang mudah larut dan berarti pula telah terjadi perubahan jumlah partikel
di dalam sel penutup, sehingga sel penutup dapat menarik air dari sel – sel
sekitarnya (sel tetangga), turgornya naik dan stomata terbuka. Sebaliknya
apabila glukosa diubah menjadi pati, akan terjadi pengenceran di dalam sel
penutup, sehingga air dari sel penutup akan mengalir ke sel – sel sekitarnya.,
turgornya menurun dan stomata tertutup (Lakitan, 2012).
Aktivitas enzim fosforilase
bergantung pada pH di dalam sel tersebut. Pati diubah menjadi glukosa oleh
enzim ini pada pH 6-7. Hal ini dimungkinkan oleh adanya proses fotosintesis
yang banyak pengikat CO2, sehingga pH dalm sel menjadi agak tinggi.
Pada malam hari karena tidak ada fotosintesis, CO2 yang ada dalam seakan
bereaksi dengan air menghasilkan asam karbonat yang selanjtnya akan terurai
menjadi H+ dan HCO3-. Terkumpulnya proton dalam sel akan
menyebabkan kondisi dalam sel menjadi lebih asam dan pHnya rendah menjadi
sekitar 4-5. Pada pH 4-5 aktivitas enzim fosforilase mengubah glukosa menjadi
pati kembali (Lakitan, 2012).
III.
Metabolisme
Lemak pada Tumbuhan
Lemak atau
lipida terdiri dari unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Fungsi utama cadangan
lemak dan minyak dalam biji-bijian adalah sebagai sumber energi. Cadangan ini
merupakan salah-satu bentuk penyimpanan energi yang penting bagi pertumbuhan.
Penguraian lemak secara kimiawi menghasilkan energi dalam jumlah yang lebih
besar sekitar dua kali lipat dibandingkan dengan energi yang dihasilkan dari
penguraian karbohidrat. (Estiti, 1995) Pada sel tumbuhan, cadangan lipid adalah
asam lemak. Cadangan ini oleh lipase dihidrolisir menjadi gliserol dan asam
lemak. Asam lemak ini dipakai dalam sintesis fosfolipid dan glikolipid yang
diperlukan untuk pembentukan organel. Sebagian besar diubah menjadi gula dan
diangkut untuk pertumbuhan kecambah. Vakuola merupakan organel yang paling
besar volumenya pada sel tumbuhan dewasa. Vakuola sering menempati lebih dari
90% volume protoplas, di mana sisa protoplas yaitu sitoplasma melekat pada
dinding sebagai lapisan amat tipis. Tonoplas membatasi vakuola yang berisi
cairan (larutan gula, garam, protein, alkaloid, dll.) serta zat ergastik (pati,
protein, badan lipid dan berbagai kristal) (Tika, 2011).
Asam lemak
pada tumbuhan terdapat dalam bentuk senyawa-senyawa lipid. Senyawa yang
termasuk lipid adalah lemak dan minyak, fosfolipid dan glikolipid, lilin dan
berbagai komponen kutin dan suberin. Timbunan lemak pada biji terdapat dalam
sitoplas dan juga pada koletidon atau endosperm yang dinamakan sferosom. Lemak
dan minyak selalu disimpan dalam benda khusus di sitosol dan sering terdapat ratusan
sampai ribuan benda di tiap sel penyimpan. Benda ini disebut benda lipid,
sferosom dan oleosom. Sebutan oleosom lebih banyak digunakan untuk menyatakan
benda yang mengandung minyak dan agar mudah membedakannya dengan peroksisom dan
glioksisom. Sedangkan istilah sferosom telah lama digunakan untuk menerangkan
organel yang mengandung sedikit lemak. Sferosom mempunyai membran tipis yang
memisahkan trigliserid dari cairan sitoplas. Sebagian besar reaksi sintetis
asam lemak terjadi di kloroplas daun serta di proplastid biji dan akar (Tika,
2011).
Lemak yang
disimpan dalam biji tidak diangkut dari daun, tetapi disintetis in situ dari
sukrosa atau gula terangkut lainnya. Kalaupun daun memproduksi lemak dan minyak
namun pemindahannya ke buah tidak dapat melalui floem dan xilem karena tidak
larut dalam air. Secara kimiawi, senyawa lemak serupa dengan senyawa minyak.
Keduanya terdiri dari asam lemak berantai panjang yang teresterifikasi oleh
gugus karboksil tunggalnya menjadi hiroksil dari alkohol tiga karbon gliserol.
Dengan tiga molekul asam lemak yang teresterifikasi maka lemak dan minyak
sering disebut trigliserida. Rumus umum lemak ditunjukkan pada Gambar 1. Sifat
lemak umumnya ditentukan oleh jenis asam lemak yang dikandung-nya. Asam-asam
lemak yang membentuk lemak biasanya berbeda, dan kadang dua di antaranya sama.
Panjang rantai ketiga asam lemak hampir selalu sama dengan jumlah atom karbon
genap sebanyak 16 dan 18. Jumlah atom karbon asam lemak biasanya paling rendah
12 dan paling banyak 20. Beberapa asam lemak termasuk asam lemak tidak jenuh karena
mengandung ikatan rangkap (Tika, 2011).
A. Metabolisme Pada Tumbuhan
Pada tumbuhan ada dua
metabolisme yaitu metabolisme primer dan sekunder. Proses metabolisme primer
menghasilkan senyawa-senyawa yang digunakan dalam proses biosintesis
sehari-hari, yaitu karbohidrat, protein, lemak dan asam nukleat. Sebaliknya
proses metabolisme sekunder menghasilkan senyawa dengan aktivitas biologis
tertentu seperti alkaloid, terpenoid, flavonoid, tannin dan steroid. Sedangkan
Metabolit sekunder tidak memiliki fungsi khusus dalam pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Senyawa-senyawa tersebut lebih dibutuhkan untuk
eksistensi kelangsungan hidup tanaman itu di alam (Tika, 2011).
Fungsi utama metabolit
sekunder adalah melindungi tanaman dari serangan mikroba, contohnya tanaman
akan membentuk fitoaleksin, senyawa khusus yang disintesis di sekitar sel yang
terinfeksi, mempertahankan diri dari gangguan predator, untuk melawan gangguan
herbivora yaitu dengan membentuk senyawa toksik yang menyebabkannya menjadi
beracun, perlindungan terhadap lingkungan, misalnya antosianin diproduksi untuk
melindungi tanaman dari terpaan sinar UV, memenangkan persaingan dengan cara menghasilkan
senyawa yang bersifat alelopati, beracun terhadap tanaman lain di sekitarnya,
sebagai agen atraktan, menarik kehadiran serangga dan herbivora lain untuk
membantu penyebaran biji. Senyawanya berupa pigmen yang membuat organ
reproduksi berwarna cerah (Salisbury, 1995).
B. Prores
Pembentukan Minyak Pada Tumbuhan
Kandungan minyak, baik pada tanaman, disintesis dari
jalur biokimia yang sama yakni biosintesis asam lemak. Biosintesis asam lemak
ini tidak jauh berbeda antara satu tanaman dengan tanaman lainnya, kecuali
untuk jalur-jalur alternatif pembentukan asam lemak pada kondisi tertentu.
Pembentukan minyak pada tanaman selalu ditandai dengan adanya akumulasi senyawa
triasilgliserol (TAG) pada bagian-bagian tanaman, seperti biji dan buah.
Berawal dari senyawa TAG inilah, berbagai bentuk lemak yang akan dirubah
menjadi minyak disintesis. Bentuk lemak yang dihasilkan masing-masing tanaman
akan berbeda-beda tergantung pada strukturnya yang didasarkan pada panjang
rantai dan jumlah ikatan tak jenuhnya (Salisbury, 1995).
Gambar
10. Skema proses Metabolisme pada tumbuhan (Ophardt, 2003)
Asetil ko-A yang dihasilkan dari piruvat selanjutnya
diaktifkan menjadi malonil ko-A yang dikatalis oleh kompleks enzim asetil
ko-A karboksilase (ACC) di plastida (Nikolau et al., 2003). Malonil
ko-A yang dihasilkan oleh ACC menyusun donor karbon untuk masing-masing siklus
lintasan biosintesis asam lemak (Gambar 2). Sebelum memasuki proses
biosintesisnya, gugus malonil ditransfer dari ko-A ke kofaktor protein yang
disebut acyl carrier protein (ACP), yang merupakan substrat utama
komplek enzim yang mensintesis asam lemak. Proses transfer ini dikatalis oleh
enzim malonil ko-A:ACP S-maloniltransferase (MAT) (Tika, 2011).
Asam lemak dihasilkan melalui kompleks multisubunit
yang dapat dengan mudah dipisahkan yang tersusun atas enzim monofungsional yang
dikenal dengan enzim fatty acid sinthase (FAS). FAS menggunakan asetil ko-A
sebagai unit awal dan malonil-ACP sebagai elongator. Malonil thioester selanjutnya
memasuki rangkaian reaksi kondensasi dengan asetil ko-A dan akseptor asil-ACP.
Reaksi kondensasi awal dikatalis oleh enzim 3-ketoasil-ACP sintase tipe III
(KAS III) dan menghasilkan 4:0-ACP. Kondensasi selanjutnya dikatalis oleh KAS I
(isoform KAS B) yang dapat menghasilkan 16:0-ACP dan KAS II (KAS A) yang
akhirnya memperpanjang rantai 16:0-ACP menjadi 18:0-ACP (Pidkowich et al.,
2007).
Reaksi
tambahan dibutuhkan setelah masing-masing tahapan kondensasi untuk memperoleh
asam lemak jenuh dengan dua karbon yang lebih panjang dibandingkan saat siklus
awal yang dikatalis oleh sejumlah enzim seperti 3-ketoasil-ACP-reduktase (KAR),
hidroksiasil-ACP-dehidratase, dan enoil-ACP-reduktase (ENR) (Mou et al., 2000
cit Baud dan Lepiniec, 2010). Selama proses sintesisnya, gugus asil
dihidrolisis oleh asil-ACP-thioesterase (Fat A dan Fat B) yang melepaskan asam
lemak bebas. Tipe FatA melepaskan oleat dari ACP, sedangkan thioesterase FatB
aktif dengan asil-ACP jenuh dan tidak jenuh (Mayer dan
Shanklin, 2007). Asam lemak selanjutnya diaktifkan menjadi ester ko-A di bagian
membran luar dari kloroplas oleh rantai panjang asil-koA-sintetase (LACS)
sebelum dibawa ke retikulum endoplasma (Baud dan Lepiniec, 2010).
Malonil-koA di sitosol digunakan untuk sintesis
VLCFA (very-long-chain fatty acids), yakni asam lemak dengan 20 atau
lebih atom karbon. VLCFA terdapat di sel tanaman dalam jumlah yang sangat
banyak terutama pada permukaan daun dalam bentuk lapisan lilin dan pada
komponen kutilkula dimana senyawa ini berperan dalam proses pertahanan terhadap
xenobiotik (Yu et al., 2011). VLCFA adalah prekursor VLC-PUFA yang
sangat penting bagi kesehatan dan gizi manusia (Das, 2006 cit Yu et
al., 2011) yang hanya dapat dihasilkan oleh tanaman tingkat tinggi (Baud
dan Lepiniec, 2010).
Setelah dipisahkan dari ACP, asam lemak bebas dibawa
dari plastida dan dikonversi menjadi asil ko-A. Asam lemak yang baru ini dapat
diolah menjadi TAG pada biji dan buah yang sedang berkembang melalui beberapa
cara, salah satunya melalui jalur Kennedy. Melalui jalur ini, dua rantai asil
diesterifikasi dari asil ko-A menjadi gliserol-3-fosfat untuk membentuk asam
fosfatidik (PA), yang selanjutnya beberapa senyawa fosfat tersebut akan dibuang
sehingga terbentuk diasilgliserol (DAG). Dengan menggunakan asil ko-A sebagai
donor asil, enzim diasilgliserol asiltransferase (DAGT) akan mengkonversi DAG
menjadi TAG (Baud dan Lepiniec, 2010).
Sebagai alternatif dari jalur Kennedy, asam lemak
baru juga dapat bergabung pertama kali dengan lipid membran pada kantung
plastida dan atau pada retikulum endoplasma. DAG dan fosfatidilkolin (PC) dapat
saling bertukar tempat melalui aktivitas enzim kolinfosfotransferase, yang
menggambarkan jalur khusus bagi laju asam lemak ke dalam dan ke luar PC.
Beberapa hasil penelitian memperlihatkan adanya bukti yang menyatakan bahwa
fungsi PC sebagai senyawa intermediat sangat penting dalam mendorong
pembentukan TAG, terutama yang berasal dari tipe PUFA (polyunsaturated fatty
acid). Menurut laporan Ohlrogge dan Jaworski (1997) dalam Durrett et al.
(2008), diketahui bahwa adanya tambahan proses desaturasi oleat (18:1) yang
berlangsung ketika oleat ini diesterifikasi menjadi PC. Hasil studi lainnya
juga menunjukkan bahwa asam lemak yang baru dihasilkan dapat langsung diolah
menjadi PC melalui mekanisme editing asil, dibandingkan melalui senyawa
intermediat PA dan DAG (Bates et al., 2007).
C. Jalur
Sintesis Tag
Ketika TAG telah terbentuk di dalam RE, tepatnya di
dalam sub-domain khusus organel (Shockey et al., 2006 cit Baud
dan Lepiniec, 2010), TAG selanjutnya dibawa dan diakumulasikan ke struktur
sub-seluler yang dikenal sebagai tubuh lipid (lipid body) atau tubuh
minyak (oil body). Tubuh minyak merupakan organel berbentuk lonjong,
dengan diameter antara 0.2-2.5 μm (tergantung pada spesies tanamannya), yang
tersusun atas sebuah matriks TAG yang dikelilingi oleh sebuah lapisan tunggal
fosfolipid. Pada lapisan ini, terdapat rantai alifatik yang berorientasi ke TAG
yang berada di lumen dan gugus fosfat yang berada di sitosol (Yatsu dan Jacks,
1972 cit Baud dan Lepiniec, 2010). Tubuh minyak ini tumbuh dari domain
mikro di dalam RE.
Gambar
11. Jalur Sintesis Tag (Ramli et al., 2002)
D. Kandungan Lipid Pada Biji
Penyimpanan asam lemak berbentuk minyak dan lemak
dalam jumlah yang relatip besar dapat ditemukan sebagai bahan cadangan penting
dalam buah dan bijibijian (Estiti, 1995). Cadangan ini tersimpan dalam
endosperm atau perisperm dalam bentuk lipid dengan kandungan yang beragam.
Persentase kandungan lipid beberapa biji-bijian pada Tabel 1.
Tabel
1. Kandungan Lipid Pada Biji-bijian.
Spesies
|
Jaringan Cadangan Utama
|
Kandungan
Lipid
|
Jagung
|
Endosperma
|
5%
|
Gandum
|
Endosperma
|
2%
|
Kapri
|
Koletidon
|
2%
|
Kacang Tanah
|
Koletidon
|
40-50%
|
Kedelai
|
Koletidon
|
17%
|
Jarak
|
Endosperma
|
64%
|
Bunga
matahari
|
Koletidon
|
45-50%
|
Kandungan Lipid
pada Biji-bijian yang paling tinggi di peroleh dari biji tumbuhan jarak dengan
kandungan lipid 64%, sedangkan kandungan lipid yang terendah di peroleh dari
gandum dan kapri dengan kandungan lipid 2%. Adapun fungsi lipid pada tumbuhan yaitu
sebagai komponen struktural membran, dengan jenis lemak yang terlibat
gliserolipid, sphigolipid dan sterol. Sebagai senyawa penyimpan (storage
compounds) dengan jenis senyawa trigliserida dan lilin. Untuk senyawa aktif
dalam reaksi transfer elektron dengan adanya pigmen klorofil, ubuquinon dan
plastoquinon. Sebagai fotofroteksi dengan adanya jenis lemak karotenoid. Jenis
lemak tokoferol berfungsi untuk perlindungan terhadap kerusakan dari radikal
bebas. Untuk jenis kutin suberin dan lilin yang merupakan asam lemak berantai
panjang itu memiliki fungsi sebagai penyaringan dan perlindungan air pada
permukaan tanaman. Adapun fungsi-fungsi lain dari metabolisme lipid yaitu:
1. Modifikasi
protein ,penambahan dan penyambungan membran dengan jenis asam lemak utama 14 : 0 dan 16 : 0.
2. Asilasi
,Prenilasi, Glikolisasi, Signaling Internal External dan Senyawa pertahanan
dengan jenis-jenis lemak yang terlibat seperti phosphatidy linosytol, delicol,
asam asisad, giberelin, minyak atsiri, komponen resin dan terpen (Bates, 2007).
E. Biosintesis Asam Lemak
Asam
lemak dibentuk oleh kondensasi berganda unit asetat dari asetil CoA. Sebagian
besar reaksi sintetis asam lemak terjadi hanya di kloroplas daun serta di
proplastid biji dan akar. Asam lemak yang disintesis di kedua organel ini
terutama adalah asam palmitat dan asam oleat. Asetil CoA yang digunakan untuk
membentuk lemak di kloroplas sering dihasilkan oleh piruvat dehidrogenase
dengan menggunakan piruvat yang dibentuk pada glikolisis di sitosol. Sumber
lain asetil CoA pada kloroplas beberapa tumbuhan adalah asetat bebas dari
mikotondria. Asetat ini diserap oleh plastid dan diubah menjadi asetil CoA,
untuk digunakan membentuk asam lemak dan lipid lainnya (Salisbury dan Ross,
1995)
Rangkuman reaksi
sintetis asam lemak dengan contoh asam palmitat dapat diberikan sebagai
berikut.
8
asetil CoA+7ATP3+14 NADPH+14 H+ palmitil CoA + 7 CoA + 7 ADP2- + 7 H2PO4- + 14
NADP+ + 7 H2O
Pada reaksi sintesa asam lemak, enzim CoA dan
protein pembawa asil (ACP) mempunyai peranan penting. Enzim-enzim ini berperan
membentuk rantai asam lemak dengan menggabungkan secara bertahap satu gugus
asetil turunan dari asetat dalam bentuk asetil CoA dengan sebanyak n gugus
malonil turunan dari malonat dalam bentuk malonil CoA, seperti ditunjukkan pada
reaksi berikut (Weete, 1980).
Acetil
CoA + n Malonil CoA + 2n ADPH + 2n H+
CH3(CH2-CH2)n CO CoA + n CO2 + n CoASH + 2n NADP+ + (n-1) H2O
Sintesa asam lemak berlangsung bertahap dengan
siklus reaksi perpanjangan rantai asam lemak hingga membentuk rantai komplit
C16 dan C18. Biosintesis pada tanaman terjadi di dalam plastida, selama
biosintesis asam lemak serangkaian gugus reaksi berulang menggabungkan asetil
CoA menjadi gugus asil 16 atau 18 atom karbon.
Sintesis dan metabolisme lipid berlangsug di berbagai organel dan dalam
beberapa kasus melibatkan pergerakan lipid dari satu seluler ke kompartemen
yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Bates, p. D., j.
B. Ohlrogge, and m. Pollard. 2007. Incorporation
of newly synthesized fatty acids into cytosolic glycerolipids in pea leaves
occurs via acyl editing. Journal of biological chemistry vol. 282 no. 43:
pp 31206-31216.
Baud, s. And l.
Lepiniec. 2010. Review: physiological and
developmental regulation of seed oil production. Progress in lipid
research. Doi:10.1016/j.plipres.2010.01.001.
Campbell,
N A.,J.B. Reece, & L.G. Mithchell. 2005. Biologi Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga
Darmawan. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Gramedia
Kimbal,
John W. 1994. Biologi Jillid 1, 2, 3
Edisi Kelima. Jakarta: Erlanga
Lakitan,
Benyamin. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi
Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Lakitan, Benyamin. 2012. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Press, Jakarta.
Lehninger,
Albert L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia.
Jakarta: Erlangga
Moore,
R., Clark, W.D., Vodopich, D.S. 1998. Botany. McGraw-Hill Companies. USA
Ophardt, c. E.
2003. Overview of metabolism. Virtual
chem book ofelmhurstcollege.Http://www.elmhurst.edu/~chm/vchembook/5900verviewmet.html.
Diakses tanggal 30 Maret 2015.
Rachmadiarti, Fida, dkk. 2007. Biologi
Umum. Surabaya : Unesa Unipress
Ramli, U. S., D.
S. Baker, P. A. Quant, and J. L. Harwood. Control
analysis of lipid biosynthesis in tissue cultures from oil crops shows that
flux control is shared between fatty acid synthesis and lipid assembly.
Biochemical Journal 364: pp 393–401.
Santosa. 1990.
Fisiologi Tumbuhan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Salisbury, F.B.
dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan
Jilid 2. Terjemahan dari Plant Physiology oleh D.R Lukman dan Sumaryono. Bandung: ITB, hal. 133-139.
Ebook.
Tika. 2011. Makalah Metabolisme Lemak .
Universitas Andalas: Padang Zhernia. 2013.
Weete, J.D. 1980. Lipid Biochemistry. Prenum Press New York, pp. 1-129.
Lucky Club: Lucky Club Casino Site 2021
BalasHapusLucky Club Casino and Slot Games at Lucky 카지노사이트luckclub Club online casino offer an authentic gaming experience. Read about the online casinos, Games: 550+Casinos: 650+Online Since: 2008Bonus: Welcome Bonus up to $